REZEKI elang tak akan ke musang, kalau jodoh tak akan ke mana. Itu kata orang. Tapi ada saja yang keseleo. Misalnya dalam soal Jodoh. Dengan diiming-iming akan dijodohkan dengan pejabat, akibatnya, 16 perempuan muda di kompleks perumahan Rajawali Sakti, Bandung, kena tangguk Oom Komariah, 33 tahun. Oom (baca: O-om), rupanya ligat mencium gelagat kebeletnya cewek-cewek itu untuk mendapatkan suami. Lalu, dengan gaya musang berbulu ayam, Si Oom menggarap mereka satu per satu. Santapan empuk bagi Oom, karena para cewek berusia 20-an itu hanyalah pembantu rumah tangga. Salah seorang korban, Icih, berasal dari Cilacap. Kejadiannya bermula pada suatu hari di bulan November 1985. Ketika berpapasan di jalan dengan Oom, Icih mengeluh sedang sakit gigi. Oom mengajaknya berobat kepada Mang Zarkasih di Padalarang. Pulang dari sana, Icih dikenalkan pada seorang anak muda. Marno namanya. Menurut Oom, Marno itu banyak duit. Maksudnya, kaya."Kamu akan hidup senang nanti. Dia ingin kawin sama kamu," bisik Oom. Antara percaya dan tidak Icih mendengarnya. Dan beberapa hari kemudian, datang sepucuk surat dari Marno, dibawa oleh Oom. Isinya: "Saya baru menemukan perempuan yang baik seperti kamu. Saya ingin sekali kawin sama kamu. Kalau kamu menolak, lebih baik saya bunuh diri ...." Perempuan mana yang tidak teler kena desiran "angin surga" begitu. Coba. Maka, ketika Oom sering minta uang, Icih main kasih saja tanpa pikir panjang lagi. Dia kira untuk persiapan nikah, memang pantas ada ongkos. Juga untuk Mang Zarkasih, yang diakui Oom sebagai ayahnya, dan katanya, dukun sakti pula. "Paling sedikit Oom minta Rp 15 ribu. Pokoknya, sampai sidang kemarin, saya sudah kena satu juta lebih," tutur Icih kepada Aji Abdul Gofar dari TEMPO, sesaat setelah Oom divonis 12 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Bandung, pertengahan April lalu. "Dengan terbongkarnya kasus ini, saya jadi plong," ujar Sumarno bukan Marno si perjaka yang tadi. Menurut Ketua RT di kompleks perumahan Rajawali itu, "Sudah lama Si Oom membuat pusing kami sebagai aparat kerukunan setempat." Pada 1970 Oom digerebek, gara-gara membawa seorang lelaki ke rumahnya. Kemudian mereka dinikahkan. Tapi setelah itu si lelaki kabur. Kedok Oom sebagai comblang petualang lama terungkap. Kendati sejumlah korbannya sudah merasa senasib sepenanggungan, toh mereka ngeri. Karena Oom menakut-nakuti mereka dengan mengancam akan meneluh dengan ajian Mang Zarkasih. Namun, lambat laun para bediende itu tak dapat menyembunyikan syak wasangka. Gara-garanya, hari baik yang dijanjikan selalu ditunda-tunda, sedang duit digaet terus. Tambahan lagi: semua surat yang mereka terima selalu melalui Oom. Pakai prangko tapi tanpa cap kantor pos. Mereka akhirnya sepakat mendatangi Mang Zarkasih -- yang memang tak punya hubungan apa-apa dengan Oom. Mamang Inilah kemudian yang menyarankan agar Si Oom diadukan ke polisi. Maka, pencatut "angin surga" itu, kini, boleh makan angin lain, di bui.